Sekilas Mengenai Jardiknas
Information and Communication Technology (ICT) Pendidikan Nasional
* Integrasi ICT dalam pembelajaran.
* Pemanfaatan ICT dalam pengelolaan manajemen pendidikan.
* Pemanfaatan ICT dalam berbagai kegiatan pendidikan.
Manfaat ICT pada Pendidikan Nasional
* Peningkatan kecepatan layanan informasi yang integral, interaktif, lengkap, akurat dan mudah didapat.
* Memberikan pelayanan data dan informasi pendidikan secara terpadu.
* Menciptakan budaya transparan dan akuntabel.
* Merupakan media promosi pendidikan yang handal.
* Meningkatkan komunikasi dan interaksi baik secara lokal maupun internasional.
* Mengakses berbagai bahan ajar dari seluruh dunia, dan
* Meningkatkan efisiensi dari berbagai kegiatan pendidikan.
Jejaring Pendidikan Nasional (JARDIKNAS)
* JARDIKNAS merupakan Wide Area Network (WAN) Pendidikan skala Nasional
* JARDIKNAS terdiri dari 4 zona jaringan, meliputi:
o JARDIKNAS Kantor Dinas/Insitusi (DiknasNet)
o JARDIKNAS Perguruan Tinggi (INHERENT)
o JARDIKNAS Sekolah (SchoolNet)
o JARDIKNAS Guru dan Siswa (TeacherNet and StudentNet)Jardiknas
Fungsi dan Pemanfaatan JARDIKNAS
* JARDIKNAS Kantor Dinas/Institusi
o Transaksi data online SIM Pendidikan
* JARDIKNAS Perguruan Tinggi
o Riset dan Pengembangan IPTEKS
* JARDIKNAS Sekolah
o Akses Informasi dan e-Learning
* JARDIKNAS Guru dan Siswa
o Akses informasi dan interaksi komunitas
Titik Koneksi Jardiknas Saat Ini:
* Depdiknas Senayan Jakarta
* 33 Kantor Dinas Pendidikan Propinsi
* 441 Kantor Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten
* 30 LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan)
* 10 SKB
* 5 BPPLSP (Balai Pendidikan dan Pelatihan Luar Sekolah dan Pemuda)
* 12 P4TK (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan)
* 32 Perguruan Tinggi Negeri (INHERENT)
* 38 Universitas/Poli Pendidikan Jarak Jauh Program D3-TKJ
* 17 Balai Bahasa
* 5 Kantor Bahasa
* 36 UPBJJ-UT (Unit Pendidikan Belajar Jarak Jauh – Universitas Terbuka)
* 17 Balai Teknologi Komunikasi
* 50 Dinas Kab/Kota
* 13 ICT Center Sister PJJ D3TKJ
* 5 Universitas PJJ PGSD & S2 Perencanaan
* 21 Unit Kerja Depdiknas Pusat
* > 6500 sekolah se Indonesia
Jardiknas, refleksi tidak adanya arah pendidikan nasional
Sekilas memang tampak keren dan wah program pemerintah yang satu ini, akan tetapi sebenarnya ada beberapa hal yang sangat mengganjal pemikiran saya akhir - akhir ini mengenai program tersebut. Program tersebut dirancang untuk membuat proses mendapatkan informasi oleh para siswa maupun guru seputar bahan belajar menjadi mudah. Hal itu karena program tersebut menggunakan teknologi internet sebagai andalannya. Akan tetapi apakah benar capaian pendidikan kita yang hanya segitunya itu adalah akibat dari tidak adanya teknologi seperti itu? Apakah benar bila teknologi tersebut diterapkan di sekolah - sekolah di seluruh Indonesia akan membuat siswa - siswa dan juga para guru menjadi lebih pandai dan luas wawasannya? Jawabannya bisa jadi ya bisa jadi juga tidak.
Perlu kita pahami terlebih dahulu bahwa teknologi adalah salah satu indikasi dari berhasilnya dunia pendidikan suatu negara. Dengan baiknya sistem pendidikan suatu negara, ditambah lagi dengan baiknya para pelaksananya, mulai dari gurunya sampai departemen pendidikannya, maka akan menghasilkan output yang baik pula. Bila semuanya berjalan dengan baik tentu akan menghasilkan output sesuai dengan yang diinginkan.
Tetapi tampaknya hal ini sama sekali tidak disadari oleh para perumus kebijakan. Penggunaan teknologi seperti itu hanya akan menjamin bahwa mereka dapat menggunakannya saja, tetapi belum tentu mereka dapat menghasilkan sesuatu dari teknologi tersebut. Fasilitas tentu merupakan satu hal yang harus ada dalam dunia pendidikan kita. Akan tetapi fasilitas yang mewah sekalipun tanpa adanya sistem dan orang - orang yang baik hanyalah tinggal fasilitas semata.
Misalnya saja kita ambil sampel MIT (Masachuset Institute of Technology) yang bisa dikatakan memiliki fasilitas paling lengkap untuk ukuran sebuah institute teknologi di dunia. Nah sekarang coba bayangkan apabila Indonesia mengimpor institute tersebut seluruh fasilitasnya, mulai dari desain gedungnya sampai dengan fasilitas IT nya. Nah pertanyaan selanjutnya adalah, apakah dengan begitu lantas indonesia jadi punya universitas nomor satu di dunia? Jawabannya tentu saja tidak!
Paling institute yang diimpor dari USA tersebut hanya akan bertahan selama beberapa tahun saja. Selanjutnya institute tersebut akan berakhir seperti ITB yang terseok - seok di peringkat 700 an dunia. Ini semua memang sangat bisa diprediksi mengingat Indonesia memang tidak punya arah yang jelas dalam hal pendidikan. Bagaimana mungkin pendidikan di Indonesia bisa maju bila tidak mempunyai arah yang jelas.